Juli lalu,
saya diberitahu bapak bahwa Kemendikbud membuka program beasiswa unggulan.
Sepintas, saya pribadi kurang tertarik. Bukan karena sudah mendapat beasiswa
lain, namun seperti biasanya, begitu mengunduh berkas syarat pendaftaran, mood
sudah diserang malas terlebih dahulu, alhasil berkas berlalu begitu saja. Mengapa
malas? Tidak lain dan tidak bukan adalah persyaratan yang begitu banyak dan
rumit, tentunya beberapa di antaranya saya tidak memenuhi.
Beberapa
pekan kemudian, awal Agustus, sesuai dengan rencana sebelumnya, saya
melanjutkan studi lagi. Setelah melewati serentetan prosedur, diberitahukan
bahwa pengumuman kelulusan adalah tanggal 19 Agustus. Saya menunggu dengan
sabar.
Namun
sekitar tanggal 10 Agustus, bapak kembali mengingatkan, “sudah daftar beasiswa
unggulan belum?” Saya menjawab dengan ringan, “syaratnya belum lengkap, pak.
Kan, akhir pendaftaran 15 Agustus, sedangkan pengumuman penerimaan baru 19
Agustus.”
Hal ini
tidak lepas dari syarat utama beasiswa unggulan, adalah adanya letter of
acceptance (LoA) dari perguruan tinggi yang telah menerima kita sebagai
mahasiswanya.
Namun, bapak
saya kembali menjawab dengan ringan, “unggah saja kartu ujian, pokoknya apapun
yang membuktikan kalau kamu benar-benar mau daftar.” Tanpa pikir panjang, saya
lakukan arahan bapak.
…
Beasiswa
unggulan (BU) ini cukup unik, karena menurut informasi, dari 3000 pendaftar, sebanyak
1000 orang lolos. Artinya, dari 3 orang, 1 orang diterima. Waw! Sungguh kesempatan
yang sangat besar! Tentunya dibandingkan LPDP, dari puluhan ribu pendaftar,
hanya kecil persentase yang lolos.
Selain itu,
BU ini terbagi ke dalam 4 kategori, yaitu masyarakat berprestasi, masyarakat
miskin, penyandang disabilitas, dan pegawai negeri. Tentunya ketiga kategori
terakhir, saya tidak termasuk di dalamnya. Saya hanya perlu merasa ‘sok’
berprestasi. Syarat yang tertera adalah minimal memiliki prestasi tingkat
kabupaten, dan harus ada sertifikatnya. Sedangkan saya, hanya mengunggah
sertifikat lomba selevel kampus dan sebuah foto saya waktu SD, saat mengangkat
sertifikat juara 3 lomba renang se-provinsi. Ya, benar, saya mengunggah sebuah
foto.
Lucu
memang, tapi, tidak ada yang melarang sama sekali untuk mengunggah kedua persyaratan
itu. Toh, folder itu menerima file apapun yang kita unggah. Anda pernah juara
adzan se-RT, asalkan itu benar, maka buatlah sertifikat bertuliskan tangan,
tanda tangan ketua RT, scan lalu unggah, folder pasti menerima. Hanya saja,
jangan sekali-kali berpikir untuk berbohong.
Bahkan saya
sempat menulis beberapa prestasi saya saat di Pondok pada formulir, yaitu lomba
pidato, lomba cerdas cermat, dll. Hanya saja saya urungkan, karena tidak ada
sertifikatnya. Mau membuat pun tak sempat.
Sederhananya,
serumit apapun itu syarat yang tertera, unggah saja apapun yang anda punya. Selama
itu jujur. Saya pribadi yakin, banyak di luar sana yang tidak jadi mendaftar
juga, karena tidak bisa memenuhi syarat. Bukan karena tidak memenuhi syarat
tepatnya, tapi karena tidak mau mencoba. Kalau banyak yang tak mau berusaha,
maka persaingan tak begitu ketat.
…
Info dari
beberapa teman, malam ini beasiswa tersebut sudah diterima oleh para awardee.
Selamat, semoga beasiswa itu menjadi pelecut semangat belajar bagi para
awardee, dan tentunya, menjadi PR kita bersama agar uang negara tersebut menjadi
bermakna.binhadjid