Kamis, 05 November 2015

Opera Bento di 'Bukan PG Biasa'

Bento, diperankan oleh Muhammad Ihsan
Di pertengahan masa latihan menuju ‘Bukan PG Biasa’, ada satu acara tambahan yang diamanatkan pada saya. Acara baru ini tergolong unik. Acara ini membutuhkan kemampuan vokal, drama, dan koreografi di saat bersamaan. Yang saya maksud di sini, adalah Opera.
Kami mengemas Opera dalam ‘Bukan PG Biasa’ kali ini dengan judul ‘Alangkah Lucunya Negeri Bento’. Sepintas, memang terdengar seperti film ‘Alangkah Lucunya Negeri ini’ yang tampil di layar lebar beberapa tahun lalu. Namun, sebenarnya, isinya jauh berbeda, hanya misi saja yang berdekatan.
Opera ini berkisah tentang perjuangan sekawanan anak SD bersama gurunya dalam mempertahankan bangunan sekolahnya yang akan digusur. Untuk memenuhi ekpektasi, pemeran kesepuluh anak SD ini haruslah mempunyai kemampuan akting dan vokal. Cukup sulit mendapatkan para pemeran dengan kemampuan yang diinginkan, harus gerilya hingga ke akar-akar. Kami yakin, potensi itu ada.
Akhirnya, kami mendapatkan Rafif dan Ahmad. Dua bocah kelas 2 dengan suara oktaf tinggi, ditambah 8 anak lainnya yang memiliki vokal baik. Untuk aktor utama, karakter yang diinginkan adalah seorang guru, jadi pemeran harus dapat menyanyi sekaligus memerankan karakter guru. Kami memilih Fahmi Dwi Tarwanto, anak kelas 6 dengan perawakan dewasa, suara syahdu, dan kemampuan akting di atas rata-rata.
Nah, ada satu pos peran yang sangat sulit untuk memilih pemerannya. Yakni menjadi ‘Bento’, alias si bos perusahaan yang memimpin pengusiran sekolah. Beruntung kami menemukan talenta dalam diri seorang vokalis Nasyid, namanya Ihsan. Anak kelas 6 ini memiliki karakter yang terbilang unik. Bagaimana tidak, gaya bicara dan berjalan yang linglung, terkesan ngawur, sembrono, dan tak tahu aturan. Dalam dunia nyata, anak ini memang jarang memiliki kawan. Namun dalam dunia akting, ternyata bocah ini mampu memenuhi harapan.
Pak Guru, diperankan oleh Fahmi Dwi
Usai penggusuran ilegal oleh Bento dan komplotannya, cerita berlanjut dengan selebrasi Bento atas kesuksesannya menggusur sekolah. Namun, tak lama kemudian, ia ditangkap polisi. Di dalam penjara, ia bertemu dengan Joko, seorang petani yang dijebloskan ke bui karena mencuri tebu. Tak berselang lama, Bento dapat lolos dari penjara karena polisi penjaga dapat dengan mudahnya disuap. Saat lolos, ia menjadi gelandangan karena seluruh asetnya telah disita negara. Opera diakhiri dengan situasi masuk kelas yang kembali normal usai penggusuran.
Sepintas, cerita dalam Opera ini biasa saja. Namun, yang menjadi ruh dalam Opera ini, adalah iringan musik organ live. Beruntung kami mendapat servis dari salah seorang anak kelas 4, namanya Arkan. Kemampuan luar biasanya dalam memainkan organ, membuat Opera menjadi sangat hidup. Ada beberapa lagu masyhur yang dinyanyikan, seperti ‘Dunia Berputar’ (Sherina), ‘Tak ada yang Abadi’ (Peterpan), ‘Bento’ dan ‘Surat untuk Wakil Rakyat’ (Iwan Fals), ‘Melayang’ (Dams Family), dan ‘Kertaradjasa’ (Djaduk). Adapun beberapa lagu sisanya, adalah karangan sendiri.

Dengan kisah unik, aktor-aktor mumpuni, tata busana lengkap, tata rias memadai, tata panggung profesional, serta diiringi musik live, membuat para penonton begitu tertarik dengan Opera di ‘Bukan PG Biasa’ ini. Lucu, mengesankan, menghibur, syahdu, asyik, dan baru, itulah komentar para penonton usai acara.binhadjid   

1 komentar: