Rabu, 04 Februari 2015

Gontor dan Endut Blegedaba

Endut Blegedaba merupakan lava yang terdapat dalam Kawah Candradimuka. Lava yang dikenal dengan panas tujuh kali lipat dari panas api di bumi. Mendengar Kawah Candradimuka, yang terbesit dalam benak pastilah seorang ksatria pewayangan Gatotkaca. Namun sebenarnya, ada beberapa bayi yang kelahirannya tak diharapkan, pernah ‘diceburkan’ ke dalam kawah ini. Sebut saja Bambang Wisageni, Boma Narakasura dan Bambang Nagatatmala juga pernah dijebloskan ke dalam kawah ini.
Namun, uniknya, menurut cerita pewayangan, tak satupun dari bayi yang masuk, mati karena Endut Blegedaba. Yang ada, para bayi tersebut justru ‘digodok’ dengan panasnya lava, suhu kawah yang sangat tinggi dan keadaan api yang membara, membuat mereka semakin sakti dan kuat. Artinya, mesti tak semua, justru penggemblengan dalam keadaan kritis dan mencekiklah, yang dapat melahirkan ‘orang sakti’ macam Gatotkaca di dunia pewayangan.
Mendengar cerita ini, kita menjadi teringat dengan pidato Bung Karno. “Tidak ada pemimpin dilahirkan dari kutub utara atau selatan, karena di sana hanya adem ayem tentrem. Akan tetapi, dari bangsa Indonesia ini, Kawah Candradimuka ini, bisa melahirkan pemimpin-pemimpin hebat dunia.” Kurang lebih demikianlah pidato Bung Karno di depan rakyat.
Negeri yang berisi banyak gejolak, konflik di sana-sini, permasalahan abadi dan kekalutan yang tak kunjung selesai ini, menurut Bung Karno, justru akan melahirkan orang-orang besar yang terbiasa menghadapi masalah-masalah besar.
Beberapa hari terakhir ini, Pondok Modern Darussalam Gontor sedang dalam masa super sibuknya menghadapi kegiatan Gontor Olympiad. Jika kita berkeliling pada pagi atau sore hari, tak satupun anak yang tampak menganggur. Tiap orang dari mereka bergerak dinamis dalam setiap perlombaan, perjuangan, persaingan hingga terkadang sedikit pertengkaran ringan. Ini semua terlahir dari sikap memperjuangkan kelompok masing-masing, namun masih tetap dalam koridor pendidikan ala Gontor hasil desain para Kiai.
Gontor yakin, bahwa semakin banyak pergolakan dan ruh persaingan yang diciptakan di pondok ini, akan semakin membuat anak-anak berpikir dan berjuang keras. Dalam kondisi tersebut, anak-anak dituntut untuk berpikir dan cepat mengambil keputusan, seperti halnya kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu mampu mengambil keputusan dengan cepat meski di saat sempit.
K.H. Hasan Abdullah Sahal mengatakan bahwa tidak ada pendidikan yang ahsan (paling benar). Yang ada adalah pendidikan yang ansab (paling sesuai). Dan Gontor Olympiad ini merupakan bagian dari pendidikan yang diyakini ansab dengan visi dan misi Gontor, yakni melahirkan pemimpin-pemimpin perekat umat. Tanpa kegiatan ekstra dan menguras tenaga, anak-anak hanya akan menjadi singa ompong yang tak mampu mengaum.
Wal usdu lau la firoqul ghobi ma iftarosyat. Seekor tak akan menjadi buas jika tak digembleng dengan kehidupan keras di hutan. Sejak lahirnya pun, anak singa sudah diancam akan dimakan oleh ayahnya sendiri. Jadilah kerasnya kehidupan singa sudah dihadapinya sejak lahir. Maka saat dewasa, singa layak disandangkan menjadi raja hutan, karena sudah ‘biasa’ menghadapi rintangan di belantara hutan.
Gontor dan Kawah Candradimuka, meski tak mutlak sama, merupakan dua tempat penggemblengan yang dapat melahirkan pemimpin-pemimpin besar dan ksatria-ksatria pejuang umat. Walaupun kawah tersebut hanya ada dalam dunia pewayangan, namun ini dapat menjadi gambaran bagi orang yang masih asing terhadap pesantren. Bahwa apa yang ada di pesantren, sejatinya adalah pendidikan ‘keras’ untuk melahirkan pemimpin hebat.

Maka Gontor Olympiad dan Endut Blagedaba, sekali lagi, meski tak mutlak, adalah dua variabel yang tak bisa dilepaskan satu sama lain. Gontor Olympiad di pondok, sudah menjadi semacam ajang persaingan yang akan menggembleng siapapun di dalamnya. Seperti halnya Endut Blagedaba yang akan menggodok siapa saja yang ‘berani’ masuk ke Kawah Candradimuka.binhadjid

1 komentar: