Minggu, 18 Januari 2015

Benarkah Negara Barat Mengalami Kemajuan?

“Apakah negara barat benar-benar mengalami kemajuan?”
“Jika memang demikian, bagian mana yang mengalami kemajuan?”
Negara-negara barat saat ini justru mengalami kemunduran peradaban. Gereja-gereja mereka mulai ditinggalkan oleh para jemaatnya, bahkan ada beberapa yang dijual menjadi masjid. Pusat kegiatan masyarakat barat justru berada di diskotik ataupun di stadion-stadion sepakbola.
Tentang Charlie Hebdo, hampir semua petinggi negara barat amat mengutuk penyerangan tersebut, dan menyudutkan Islam dalam setiap ucapannya. Seperti halnya Yesus dalam agama Kristen yang berkali-kali mereka animasikan, maka mereka menganggap bahwa menganimasikan Nabi Muhammad Saw adalah sesuatu yang lumrah. Padahal hal tersebut sangat dikutuk oleh umat muslim.
Selain itu, peradaban barat merupakan campuran dari peradaban Yunani kuno yang dikawinkan dengan peradaban Romawi dan disesuaikan dengan elemen kebudayaan bangsa Eropa, terutama Jerman, Inggris dan Prancis. Urusan filsafat dan seni, mereka berkiblat kepada Yunani, jika tentang hukum dan ketatanegaraan, mereka berkiblat pada Romawi.
Umat Islam di Eropa kini sangat berkembang pesat. Di Prancis, Inggris dan Belanda, imigran muslim hampir-hampir memenuhi setiap sudut kota. Masjid-masjid menjamur di mana-mana. Jamaah shalat semakin menyemut. Sedangkan gereja, semakin ditinggalkan jemaatnya seiring berjalannya waktu.
Hari ini, di negara-negara eropa, umat muslim begitu banyak. Jika kita hendak mencari makanan halal, maka di lorong-lorong kota, sudut-sudut pemukiman, begitu banyak kaum imigran muslim menjual makanan-makanan berlabel halal. Sedangkan penduduk asli, hanya bisa melongo melihat negaranya diisi oleh para imigran muslim.
Bahkan seorang Geert Wilder, seorang sutradara yang begitu benci dengan Islam hingga membuat film Fitna tahun 2005 silam, memprediksikan bahwa tahun 2030, masyarakat muslim di Belanda mencapai 80 persen. Peradaban barat kini menuju ambang kehancuran, tampaknya saja mengalami kemajuan dalam keilmuan dan perokonomian, padahal kedua hal tersebut tidak sepenting moralitas, mentalitas serta sudut spiritualitas dalam memajukan sebuah bangsa.
Bicara tentang toleran, kaum liberal di Indonesia kini sok menjadi penengah antara muslim dengan barat. Padahal sejak Rasul mendapatkan wahyu hingga hari ini, ajaran yang diajarkan kepada kita memang sangat berbeda dengan ajaran mereka. Maka jika ada yang mulai toleran terhadap kaum homoseksual, toleran terhadap pemahaman transgender, komunis dan lain-lain, maka itu ciri orang liberal. Hingga hari ini, orang-orang liberal di Jakarta, sedang berusaha agar undang-undang penistaan agama dihapuskan seperti halnya di negara-negara barat.binhadjid


Disampaikan oleh Dr. H. Hamid Fahmi Zarkasyi, M.A. dalam Kuliah Umum pada Pembukaan Kegiatan Perkuliahaan Universitas Darussalam, Sabtu (17/1) lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar