Kamis, 01 Januari 2015

Masa Kritis Pesantren Harapan Bangsa

(Resensi “Nyatanya Tanah Surga” – Bagian 1)

Berawal dari situasi kritis yang dialami Pesantren Harapan Bangsa, Kiai Mansur, selaku pengasuh harus segera melakukan regenerasi. Beliau merasa bahwa saat untuk menyerahkan tongkat estafet telah tiba. Estafet harus berjalan, karena ia bagian dari hukum alam.
Namun, permasalahannya sangat kompleks, siapa yang akan menggantikan beliau? Apakah Yusron selaku santri senior? Ataukah Agus, Abdullah, Roja dan beberapa santri senior lainnya?
Sepertinya tidak.
Kiai Mansur lebih mempercayakan hal ini kepada Ustadz Praja. Seorang alumnus Pesantren tersebut belasan tahun lalu. Dahulu Ustadz Praja merupakan anak kesayangan Kiai Mansur. Dan kini, Ustadz Praja sudah menjadi “orang” di Malaysia sana.
Guna menjemput Ustadz Praja, Kiai mengutus Yusron dan Agus berangkat ke Malaysia. Di tengah perjalanan, mereka berdua bertemu dengan Dito yang berkenan mengantarkan mereka berdua ke Malaysia.
Bagaimana kisah petualangan seru Yusron, Agus dan Dito ke Malaysia? Termasuk pertemuannya dengan Ustazah Hasna, putri cantik Kiai Mahmud asal Jombang? Apakah Ustadz Praja berkenan kembali ke pesantrennya? Lantas bagaimana keadaan Kiai Mansur dan Pesantren Harapan Bangsa selama ditinggal oleh Yusron dan Agus, selaku tulang punggung pesantren tersebut?

Itulah kiranya kisah yang disajikan dalam Novel “Nyatanya Tanah Surga”. Novel karangan Binhadjid ini merupakan adaptasi dari kisah insipiratif Drama Arena siswa kelas 5 KMI Pondok Modern Darussalam Gontor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar