(Resensi “Nyatanya Tanah Surga” – Bagian 2)
Ide cerita ini diambil dari sosok Kiai di Pondok Modern
Darussalam Gontor. Di mana sang Kiai selalu memberi banyak wejangan, nasihat
dan arahan. Terutama tentang keadaan bangsa ini. Keadaan yang rumit dan sengit.
Namun, Kiai yakin, bahwa dengan peradaban pesantren ini
mampu membawa perubahan. Karena di pesantren ini, para santri diajarkan five
commandments atau yang lebih
sering disebut dengan panca jiwa, yaitu Keikhlasan, kesederhanaan, berdikari,
ukhuwah Islamiyyah dan kebebasan. Dengan kelima jiwa itu, para santri diyakini
mampu terlahir sebagai pemimpin dengan kapabilitas dan kualitas yang mumpuni,
sehingga dapat membawa perubahan bagi bangsa ini.
Hingga kini, banyak pemimpin-pemimpin bangsa yang terlahir
dari Pondok Gontor. Mulai dari para pemimpin ormas Islam, menteri, hingga para
petinggi dari unsur legislatif maupun yudikatif.
Kisah ini dapat membuka mata masyarakat tentang pandangan
dan komentar miring yang selama ini dicapkan kepada pesantren. Bahwa pesantren
anti pemerintah, anti kurikulum negara hingga dicap sebagai sarang teroris.
Ternyata tidak, justru sejarah awal membuktikan, bahwa Kiai
dan santri mempunyai andil besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Maka sekarang pun, para santri tetap dididik dan diajari bagaimana cara mengisi
kemerdekaan dengan hal-hal bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar